Pada postingan kali ini ane akan sedikit memaparkan pemeliharaan RTH yang dikelola oleh
pemerintah daerah secara kasat. Permasalahan yang dibatasi hanya pada taman
kota dan kolam saja, namun tidak menutup
kemungkinan ke depan akan ditambah dengan permasalahan lain sesuai penilaian
atas observasi ane, yah biasa amatiran lah.
Sebagaimana diketahui, RTH merupakan
salah satu kewajiban pemerintah daerah yang harus dipenuhi sesuai dengan amanat
perundangan, termasjk persentase luasan yang harus dipenuni dari total luasan
total aset pemerintah daerah terkait. RTH pada daerah tertentu bisa berupa
median jalan, kolam, atau taman kota,
yang penting ada hijau-hijau gitu.
Secara konvensional, walau tidak
seluruhnya, pemerintah daerah terkesan hanya senang membangun saja, tanpa terlalu memikirkan efisiensi biaya pemeliharaan ke depannya. Bukankah bisa ada
anggaran lain untuk pemeliharaannnya? Begitu mungkin pemikiran segelintir
orang. Lihatlah beberapa proyek pembangunan kolam atau RTH lain, setelah habis masa pemeliharaannya, dipertimbangkan untuk 'diganti pembangunan model lain' mengingat harus keok dengan pemeliharaan yang ternyata merepotkan dan membutuhkan biaya relatif besar. Sehingga tidak heran jika pembangunan yang dilakukan terkesan hanya coba-coba sebagai suatu proses bisnisto take for granted. Apa yang ane sampaikan di atas
bukanlah hasil karangan saja, melainkan berdasarkan fakta di lapangan, antara
lain:
1.
Darat (kurang penyiraman)
Biasanya berupa taman kecil di dekat
persimpangan jalan protokol dengan luasan hanya beberapa puluh/ratus meter
persegi saja berikut pot-pot bunga dengan porositas tanah yang besar. Hal yang kadang ditemui adalah adanya kekeringan yang menyebabkan beberapa tanaman mengalami kekeringan, terutama setelah liburan panjang.
2.
Air (tanpa filtrasi air kolam)
Biasanya orientasi proyek hanya
bagaimana membuat kolam dengan banyak asesoris, seperti air terjun, air mancur,
pinggiran pot-pot dengan aneka bunga, lampu, dan sebagainya. Hal yang sering
ditemui adalah tidak adanya sistem filtrasi air kolam, sehingga tidak heran
selang beberapa minggu sejak pembangunan, air kolam berubah menjadi hijau
keruh, mirip kubangan. Hal ini menandakan perlunya untuk segera melakukan
pengurasan air kolam.
Namun demikian, mengingat untuk
melakukan pengurasan air kolam, apalagi dengan debit air yang besar, memerlukan
tenaga yang relatif besar, namun dengan biaya terbatas, maka terkadang petugas
pemelihara aras-arasan (malas) untuk melakukannya. Akhirnya, kolam yang awalnya
untuk cuci mata orang yang lewat (pengunjung), sekarang malah menjadi sesuatu
yang merusak pemandangan, dan parahnya bau dan menjadi sarang nyamuk. Cape deh.
Solusi Sederhana
Dalam hal ini ane tidak bermaksud
menggurui Agan-agan, karena ane tahu Agan bisa jadi jauh lebih memahami tentang
solusi permasalahan yang ane bahas ini. Namun mengingat lingkungan pengendalian
yang kurang kondusif, akhirnya apa yang terjadi terjadilah (Titik Puspa, 1967,
hehe). Berdasarkan penjelasan di atas yang ngalor ngidul, intinya hanya bagaimana secara efektif melakukan penyiraman tanaman dan filtrasi air.
Sebenarnya solusi yang ane tawarkan cuman sederhana dan sudah ane paparin pada blog ane, tujuannya tidak lain
hanya untuk melakukan efisiensi baik dari sisi biaya, tenaga, dan waktu, antara
lain:
Solusi yang ditawarkan adalah membuat sumur bor dengan
dengan metode penyiraman springkle otomatis, bisa menggunakan timer, sensor
kekeringan, ataupun dikontrol secara online. Apabila instalasi springkle dinilai mahal, bolehlah diakali dengan paralon ang dilubangi tersebar.
Instalasi ini terkesan agak mahal, namun coba dipikirkan efisiensi jangka panjangnya, dimana kita tidak perlu mengeluarkan honor petugas, bahan bakar kendaraan operasional, mamirat/mamiri dan sebagainya setiap bulannya. Sumber daya bisa dialihkan untuk pekerjaan lain yang lebih bermanfaat, yah terserah, masa harus disebutkan di sini, hehe. Apakah instalasi di atas mahal sekali? Coba kita reng-reng kasar estimasinya (dalam hal listrik sudah terpasang):
Instalasi ini terkesan agak mahal, namun coba dipikirkan efisiensi jangka panjangnya, dimana kita tidak perlu mengeluarkan honor petugas, bahan bakar kendaraan operasional, mamirat/mamiri dan sebagainya setiap bulannya. Sumber daya bisa dialihkan untuk pekerjaan lain yang lebih bermanfaat, yah terserah, masa harus disebutkan di sini, hehe. Apakah instalasi di atas mahal sekali? Coba kita reng-reng kasar estimasinya (dalam hal listrik sudah terpasang):
- · Biaya pembuatan sumur bor: Rp. 2.000.000,00
- · Biaya pembelian dan instalasi pompa dan pengaman Rp. 2.000.000,00
- · Biaya instalasi timer/sensor, air mancur irigasi Rp. 2.000.000,00
- · PPN dan overhead Rp. 4.000.000.00
Total Rp. 10.000.000,00
Catatan :
- ·Sebagai antisipasi kegagalan sistem, cukuplah diberi tulisan nomor HP yang bisa dibubungi, seperti halnya antisipasi kegagalan nyala pada lampu PJU atau kalau mau, gunakanlah Smart System yang memungkinkan dipantau secara online.
- Selang periode tertentu 2 atau 3 bulan lakukanlah inspeksi untulk memastikan semuanya berjalan baik, misal pelumasan, menembel bagian bocor, pemupukan tanaman, dan sebagainya. Tidak keberatan kan?
Untuk sistem filtrasi ini sebenarnya
sudah ane paparkan pada tahun 2009, namun entah mengapa sepertinya ini
kurang diminati atau diketahui oleh para penyedia pembuat kolam, bahkan sampai tulisan ini dibuat, coba lihat di https://lukmannet.blogspot.com atau sini. Efisiensi pemeliharaan
sistem filtrasi ini, terasa karena kita tidak perlu melakukan pengurasan kolam
secara keseluruhan, melainkan hanya mencuci saringan pada chamber filtrasi saja. Selain itu
kolam dengan sistem filtrasi dapat diisi ikan yang dapat hidup dengan sehat,
karena sistem filtrasi secara signifikan dapat meningkatkan oksigen terlarut,
sehingga ikan hidup sehat, sehingga dapat berkembang biak dan menghasilkan tentunya.
Demikian juga pasti pengunjung akan senang melihat ikan-ikan yang berkeliaran, sesuai
dengan tujuan awal pembuatan kolam.
Berikut ini contoh kolam pada rumah ane yang disertai chamber filter.
Dengan konstruksi filter mekanis dan biologi, ane tidak perlu lagi melakukan pengurasan terhadap air kolam Namun demikian, pada desain kolam RTH tidak perlu terlalu komplit dengan disertai filter biologi, cukuplah filter mekanis yang akan menyaring kotoran melayang dan tenggelam. Jadi, walaupun kolam terpapar matahari langsung terlihat hijau karena adanya alga, air kolam akan tetap terlihat bersih dan ikan pasti lincah.
Perkiraan BiayaTambahan
Berikut ini contoh kolam pada rumah ane yang disertai chamber filter.
Dengan konstruksi filter mekanis dan biologi, ane tidak perlu lagi melakukan pengurasan terhadap air kolam Namun demikian, pada desain kolam RTH tidak perlu terlalu komplit dengan disertai filter biologi, cukuplah filter mekanis yang akan menyaring kotoran melayang dan tenggelam. Jadi, walaupun kolam terpapar matahari langsung terlihat hijau karena adanya alga, air kolam akan tetap terlihat bersih dan ikan pasti lincah.
Perkiraan BiayaTambahan
- · Pembuatan chamber filter: Rp. 2.000.000,00
- · Instalasi pompa submersible Rp. 1.000.000,00
- PPN dan overhead Rp. 2.000.000.00
BTW, Kalau ada ikan di kolam alangkah bagusnya juga diberi
feeder ikan otomatis MoroGEDE, biar tidak repot, hehe.